Jumat, 04 September 2009

Validasi Proses Aseptis / Media Fill

Validasi Proses Aseptis / Media Fill


Produksi Steril

Metode first line untuk produksi sediaan steril adalah metode sterilisasi akhir, bila tidak memungkinkan dilakukan metode ini, baru dilakukan metode aseptik.

Proses aseptis adalah proses pengolahan produk steril tanpa proses sterilisasi akhir pada produk. resiko kontaminasi metode aseptik lebih besar daripada metode sterilisasi akhir, tahap filling dalam metode aseptik merupakan proses perlindungan pasif dari kontaminasi, sedangkan sterilisasi akhir merupakan proses aktif yang mengeradikasi mikroorganisme pada produk akhir, sehingga untuk menjamin suatu proses aseptis akan selalu menghasilkan produk yang memenuhi syarat sterilitas maka dilakukan Validasi Aseptis atau Media Fill.

Validasi Media Fill

Validasi merupakan proses pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam proses produksi dan pengawasan dapat mencapai target yang ditetapkan. Proses validasi memberikan jaminan bahwa produk akhir secara konsisten memenuhi spesifikasi dan persyaratan kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Media fill merupakan validasi yang perlu dilakukan untuk memberikan jaminan sterilitas produk steril.

Media fill merupakan metode pengukuran kontaminasi yang potensial terjadi dalam keseluruhan proses produksi sediaan steril secara aseptis. Guideline FDA menyarankan tes media fill untuk mengevaluasi overall sterility dari line produksi aseptis dan hasil tes ini merupakan syarat kritis untuk jaminan kualitas terhadap produk. Tes media fill juga dapat memberikan jaminan dan validasi terhadap teknik aseptik seluruh personil peracikan. Tes media fill berupa simulasi proses untuk membuktikan bahwa produk memiliki kualitas serta sterilitas yang konsisten, dalam tes ini, semua peralatan, bahan kemas, prosedur dan personil yang terlibat dan digunakan dalam proses rutin disimulasikan dengan akurat, benar-benar seperti proses produksi normal. Simulasi ini dilakukan dengan mengganti obat dengan suatuplacebo, yang berupa media pertumbuhan bakteri.

Untuk produk freeze dry ada perbedaan sedikit dengan proses filling cairan biasa dimana setelah proses pengisian cariran diuapkan dengan alat freeze dry.

Pada prinsipnya media fill untuk produk freeze dry terdiri dari simulasi filling, simulasi transfer vials yang sudah difiling ke mesin lyophilisasi, dan proses lyophilisasi.

Untuk produk freeze dry ada perbedaan sedikit dengan proses filling cairan biasa dimana setelah proses pengisian cairan diuapkan dengan alat freeze dry.

Hal yang kritikal adalah proses transfer harus disimulasikan persis dengan proses aktual karena tahap ini merupakan tahap yang paling rentan terjadi kontaminasi dikarenakan vials yang sudah diisi belum sepenuhnya ditutup rapat.

Berikut adalah contoh dari tahapan pelaksanaan Validasi Media Fill (untuk produk steril yang berupa larutan dengan volume produksi 2 ml/ampul)

1. Metode Pengujian

A. Kualifikasi Media Steril Trypticase Soy Broth (TSB irradiated)

- Lakukan kualifikasi media TSB irradiated untuk mendemonstrasikan bahwa media dapat dipakai untuk pertumbuhan mikroorganisme.

- Kualifikasi media TSB irradiated dilakukan selama 7 hari pada inkubator yang digunakan sama dengan pada saat validasi media fill dijalankan.

B. Preparasi media Trypticase Soy Broth (TSB irradiated)

1. Masukkan ke dalam Container 20 L sebanyak 12,5 liter WFI.

2. Masukkan sedikit demi sedikit 375 gram media TSB irradiated ke dalam Container sambil diaduk.

3. Pengadukan dilanjutkan sampai semua bagian media terlarut sempurna, lalu dinginkan sampai suhu kamar.

4. Cek pH media 7.3 ± 0.2 (bila perlu tambahkan HCl atau NaOH 1 N).

5. Tuang media ke dalam wadah yang sesuai, cek kembali pH media 7.29 – 7.35 (bila perlu tambahkan HCl atau NaoH 1 N). Kemudian isikan media ke dalam 14 erlenmeyer, masing-masing sebanyak 100 ml. Sterilisasikan erlenmeyer yang telah diisi media menggunakan autoclave dengan suhu 121 °C selama 30 menit.

6. Sisa media ditampung dan digunakan untuk media fill

Media TSB irradiated yang dipersiapkan dirinci sebagai berikut :

a. Untuk Ampul kosong sebelum filling sebanyak 2 x 100 ml

b. Untuk Ampul kosong sesudah filling sebanyak 2 x 100 ml

c. Kontrol positif sebanyak 2 x 100 ml

d. Kontrol negatif sebanyak 2 x 100 ml

e. Media cadangan sebanyak 6 x 100 ml

f. Validasi media fill sebanyak 5000 Ampul 2 ml (atau bisa disesuaikan dengan ukuran ampul yang mewakili produk)

g. Sampel dari filtrat pertama filtrasi sebagai kontrol negatif 2 x 100 ml

h. Sampel dari botol gelas steril 100 ml sebagai kontrol negatif sebanyak 2 x 100 ml


C. Preparasi Ampul

1. Lakukan pencucian ampul kosong dengan mesin cuci ampul E-Chung.

2. Depirogenisasi ampul dengan Oven pada suhu 250C selama satu jam.

D. Preparasi Alat

1. Cuci peralatan mixing dan container sesuai SOP masing – masing alat.

2. Sterilkan peralatan mixing dan container dengan Oven pada suhu 250C selama satu jam.

3. Cuci selang, piston, filling nozzle sesuai SOP masing – masing alat.

4. Sterilkan selang, piston dan filling nozzle dengan Autoclave Hirayama pada suhu 121C selama 20 menit.

E. Preparasi Pakaian Steril

1. Cuci pakaian steril sesuai Working Instruction.

2. Sterilkan pakaian steril tersebut dengan Autoclave Hirayama pada suhu 121C selama 20 menit.

2. Sampling Personel

Sampling sebelum dan setelah media fill :

- Gunakan Petrifilm Plate 3 M sebagai media untuk Touch Plate.

- Sentuhkan sarung tangan kanan dan kiri, masker serta pakaian operator ke Petri film plate yang telah disiapkan sebelum masuk dan setelah keluar dari ruang produksi.

- Inkubasi media kemudian identifikasi mikroorganisme yang mengkontaminan.

3. Pengisian Media

- Lakukan filtrasi media dengan filter Sartorius SM 16275 yang sudah steril.

- Tampung filtrate pertama ke dalam 2 botol sampling masing-masing 100 ml

- Lakukan pengambilan sampel ampul kosong sebanyak 2 buah ampul, masukkan ke dalam botol sampling yang telah berisi media steril. Lakukan duplo.

- Lakukan proses pengisian, tampung hasil pengisian ke dalam tray dan catat waktu pengisian tiap-tiap tray.

- Selesai pengisian, lakukan pengambilan sampel sisa ampul kosong yang masih tersisa. Masukan 2 buah ampul kosong ke dalam botol sampling yang berisi media steril. Lakukan duplo.

4. Monitoring Ruangan

a. Perbedaan tekanan udara

b. Pertukaran Udara Ruangan

c. Sampling Udara ( Pemantauan Partikel dan Mikrobiologi)

Untuk mengukur tingkat kontaminasi baik mikroba (viable particle) maupun partikel (nonviable particle) diudara dan permukaan ruangan serta LAF dalam keadaan non operasional (tanpa personil) dan operasional

  • Menggunakan Particle Counter untuk prosedur pengukuran jumlah partikel ruangan.
  • Menggunakan Air Sampler untuk prosedur Active Air Sampling.
  • Menggunakan Settle Plate yang dipaparkan kurang dari 4 jam
  • Menggunakan Petrifilm Plate 3M untuk prosedur Touch Plate pada dinding, lantai, meja serta mesin filling ampul.

d. Temperatur dan Kelembaban Relatif Ruang

Mencatat temperatur dan kelembaban udara di ruangan


5. Worst Case Situation

- Dilakukan interupsi pada saat proses filling berlangsung. Operator membuka cover mesin dan melakukan perbaikan setting volume.

- Proses filling berhenti selama operator istirahat. Mesin filling dimatikan, hopper yang berisi ampul kosong ditutup. LAF tetap beroperasi.

- Dilakukan 3 kecepatan pengisian yaitu : kecepatan minimal, kecepatan normal dan kecepatan maksimal.

6. Kriteria Penerimaan

Kontaminasi maksimum yang diperoleh adalah £ 0.1 % dapat dirumuskan :

Kontaminasi maks (£ 0.1 %) = Jumlah ampul terkontaminasi X 100 %

( Jml ampul yang difilling – Jml ampul rusak)

Validasi dianggap lulus dan dapat diterima apabila hasil pengujian yang diperoleh memenuhi batasan spesifikasi. Jika ditemukan adanya kontaminasi bakteri, maka harus dilakukan identifikasi bakteri tersebut minimal sampai tingkat genus.

7. Kegagalan Pengujian

Jika ditemukan lebih dari 0.1 % pertumbuhan mikroba maka dilakukan :

- Pemeriksaan ulang terhadap rekaman data, waktu dan suhu sterilitas wadah dan peralatan

- Lakukan media fill kembali sampai memenuhi syarat setelah dilakukan identifikasi dari penyebab kegagalan yang terjadi.


Kamis, 03 September 2009

n
VALIDASI PEMBERSIHAN (CLEANING VALIDATION)

Definisi
Tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses pembersihan yang dilaksanakan akan senantiasa menghasilkan tingkat kebersihan yang ditetapkan

nMaksud
Membuktikan melalui pengujian dan analisis bahwa prosedur pembersihan yang dimaksud dapat membersihkan suatu alat atau ruangan dari sisa bahan (residu), partikel asing dan mikroba sampai pada batas-batas yang dapat diterima secara konsisten dan berulang-kali (‘reproducible’)

Jenis kontaminan
1. Residu produk (Bahan berkhasiat dan bahan pembantu / excipient)
  • dari proses sebelumnya
2. Residu bahan pembersih
  • Pelarut (solvent)
  • Bahan pembersih (cleaning agent)
  • Sarana penunjang (utility)
3. Mikroba dan endotoksin

Metode Pengambilan dan Analisis Contoh
1. Cara Apus (Swab samples)
  • Gunakan ‘swab-stick’ - yang mengandung bahan pelarut - atau ‘rodac plate’,
  • Apus (‘swab’) langsung pada permukaan alat/ruangan yang kontak dengan produk untuk memperoleh residu
  • Analisis ‘swab’ untuk kandungan residu setelah melalui proses ekstraksi
  • atau setelah melalui pembiakan (‘culture’) dan inkubasi (untuk kandungan mikroba)
  • Cara Bilas (Rinse samples)
  • Cara Plasebo (Placebo samples)
Perhatian
  • Ambil contoh dari minimum 3 lokasi atau ditentukan yang representatif
  • Pelarut ‘swab’ tidak boleh meyebabkan penguraian/degradasi residu
  • Pelarut ‘swab’ tidak boleh mengganggu proses analisis (mis. ekstraksi)
  • Hasil ‘swab’ harus sesegera mungkin dianalisis sesudah pengambilan contoh
  • Analisis banding dilakukan terhadap ‘swab’ kontrol
Kelebihan
  • Residu yang sudah mengering atau sulit larut dapat di’lepas’kan dari permukaan alat secara fisik
  • Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan ‘swab-stick’, sehingga memungkinkan evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau jumlah residu per (permukaan) area
Kekurangan
  • Variasi hasil analisis karena : Pemilihan lokasi, Tekanan (‘physical force’) yang digunakan dan Totalitas permukaan yang di’swab
  • Pelarut ‘swab’ dapat bereaksi dengan residu
  • Bahan ‘swab’ dan Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi (mengurangi) perolehan kembali residu (recovery rate)
  • Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis
2. CARA BILAS

Metode
Residu diperoleh dengan cara mengumpulkan pelarut pembilas yang telah kontak dengan permukaan alat dimana produk diproses. Hasil bilas kemudian dianalisis untuk kandungan residu dan kandungan mikroba

Perhatian
  • Tetapkan volume pelarut pembilas
  • Pelarut pembilas harus kontak dengan permukaan alat selama waktu yang cukup agar residu dapat larut sempurna
  • Pelarut pembilas tidak boleh menyebabkan penguraian/degradasi residu
  • Analisis banding dilakukan terhadap pelarut pembilas kontrol yang belum digunakan
Kelebihan
  • Pengambilan contoh dimungkinkan terhadap permukaan yang luas
  • Keseluruhan lokasi di permukaan dapat dicapai tanpa kesulitan, sehingga memungkinkan evaluasi dengan tingkat ‘recovery rate’ tinggi
  • Variasi hasil analisis akan kecil dibandingkan dengan cara apus
Kekurangan
  • Tidak cocok untuk peralatan kompleks bermuatan instrumentasi atau komponen listrik/elektronika seperti : mesin tablet, FBD, granulator, mesin pengisi serbuk, tablet, kapsul.
  • Cocok untuk tangki, blender, filter housing, sistem sirkulasi air
Pemeriksaan / Pengujian
  • Pemeriksaan visual
  • Pengujian residu bahan berkhasiat / pembantu
  • Pengujian pelarut / bahan pembersih
  • (Apabila digunakan)
  • Pemeriksaan kandungan mikroba
Setelah bersih
Setelah disimpan 3x24 jam di ruang terkendali (Mis.kelas 100.000)
Metode analisis telah divalidasi terhadap parameter
  • Akurasi dan presisi : Ketepatan dan ketelitian dalam analisis berulang kali (Reproducibility)
  • Specificity : Kekhususan terhadap substansi residu yang diuji
  • Sensitivity : Kepekaan terhadap residu yang sangat sedikit jumlahnya
  • Limit of Detection LOD
  • Limit of Quantitation LOQ
  • Recovery : Perolehan kembali substansi residu yang diuji

Rasionalisasi
Program Validasi Pembersihan
  • Produk berbeda, menggunakan satu alat : Kekuatan, Multi bahan berkhasiat, Multi bahan pembantu
  • Produk sama, menggunakan alat berbeda
  • Besar bets
  • Pelaksanaan validasi pada kondisi terburuk (‘worst case)
  • Kelarutan bahan berkhasiat ………….. Terendah/Tertinggi
  • Kadar / Potensi bahan berkhasiat
……………Terendah/Tertinggi
  • Komposisi massa / matriks produk
………….. Aqueous/Waxy base
………….. Aqueous/Oily base

Kriteria Penerimaan (Acceptance Criteria)
  • Pemeriksaan visual
  • Single blanket specification : 1 ppm
  • Batas penemuan analisis : 10 ppm
  • Data farmakologi dan/atau toksikologi : 0.1 %
  • Batas maksimum residu yang diperbolehkan dengan perhitungan Safety factor (10% s/d 0.1%)
  • ‘Acceptable Daily Intake ADI dengan perhitungan LD 50 dan Safety factor
  • Pemeriksaan mikrobiologi

A. Pemeriksaan Visual

Tampak optis bersih

Tidak terlihat debu, partikel, zat berlemak (’grease’), residu atau selaput (film)
Water-break test’
Terjadi hambatan aliran air (murni) pada permukaan yang tidak bersih karena adanya residu yang hidrofobik

Visually clean criterion’
Batas kriteria penerimaan :
Berdasarkan studi analisis dengan cara ‘spiking’ bahwa bahan aktif di sebagian besar produk farmasetik akan tampak pada konsentrasi 100 ug per area swab 2x2 inch2 (atau 5x5 cm2)

B. Single Blanket Specification
Single blanket specification : 1 ppm criterion
Batas kriteria penerimaan : 1 ppm
Dibandingkan dengan batas maksimum bahan beracun seperti Arsenik, DDT, HCN yang diperbolehkan dalam makanan

c. Batas penemuan analisis 10 ppm criterion
Batas kriteria penerimaan :
10 ppm (10 mg / Kg)
Berdasarkan kemampuan instrumen analisis dan sensitivitas metode analisis yang digunakan

Rumus :

Mg = R x B/P x S

Catatan :
Produk A = Bets produk yang telah menggunakan alat yang akan dibersihkan
Produk B = Bets produk yang akan diproses berikut
Mg = Residu (dalam miligram) bahan berkhasiat produk A yang diperbolehkan per luas area swab (S)
R = 10mg bahan berkhasiat produk A per Kg produk B
(yakni 10 ppm) yang diperbolehkan
B = Besar bets produk B (dalam Kg)
P = Luas permukaan kontak alat2 yang digunakan bersama
oleh produk A dan produk B (dalam inch2 atau cm2)
S = Luas area ‘swab’, yakni 2x2 inch2/swab atau 5x5 cm2 /
swab

C. Data farmakologi dan/atau toksikologi : Dose criterion 0,001

Batas kriteria penerimaan :
Maksimum 0,1% (1/1000) dari dosis terapi terkecil* suatu produk boleh terdapat dalam produk lain yang dikonsumsi dalam sehari
* Kekuatan terendah produk yang akan memberikan respon farmakologi

Rumus :

Mg = K/U x D/P x S
Catatan :
Produk A = Bets produk yang telah menggunakan alat yang akan dibersihkan
Produk B = Bets produk yang akan diproses berikut
Mg = Residu (dalam miligram) bahan berkhasiat produk A
yang diperbolehkan per luas area swab(S)
K = 1/1000 dari dosis terapi (kekuatan terendah) produk A
(dalam satuan mg bahan berkhasiat) yang diperbolehkan
dalam produk B yang dikonsumsi dalam sehari
U = Jumlah maksimum unit dosis produk B – yang dikontaminasi oleh Produk B - yang dikonsumsi dalam sehari
D = Jumlah unit dosis produk B per bets (tablet, vial, sendok teh)
P = Luas permukaan kontak alat2 yang digunakan bersama
oleh produk A dan produk B (dalam inch2 atau cm2)
S = Luas area ‘swab’, yakni 2x2 inch2/swab atau 5x5 cm2/swab


1. Pemeriksaan bahan berkhasiat
  • Pemeriksaan visual
  • Data farmakologi dan/atau toksikologi : Dose criterion 0,001
  • Batas penemuan analisis : 10 ppm criterion
  • Penentuan Batas Maksimum Residu ARL (“Acceptable Residue Level”) yang diperbolehkan dengan memperhitungkan Faktor Keamanan (‘Safety Factor’) untuk setiap bahan berkhasiat
2. Pemeriksaan bahan pembersih (Cleaning Agent)
  • Pemeriksaan visual
  • Pemeriksaan fisika-kimia a.l. :
  • pH : 5 – 7 (Deviasi maks. ± 0,5 dari kontrol)‏
  • Konduktivitas : Maks. 10 micromhos/cm)
  • Total Organic Carbon (TOC)
  • Mengikuti spesifikasi Purified water atau WFI
  • Penentuan menurut Batas Penemuan Analisis : 10 ppm criterion
3. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan kandungan mikroba ‘Total Plate Count’
Sesudah bersih
Setelah disimpan untuk waktu tertentu (mis. 3x24 jam) dalam ruang terkendali
Batas kriteria penerimaan :

Total Plate Count : Maks. 25 – 100 CFU/Area ‘swab’
2x2 inch2 atau 5x5 cm2

Absen mikroba indikator :
Pseudomomas, E. coli, Staph. areus, Salmonella